Monday, October 24, 2022

 


Lukisan "Memanah" karya Henk Ngantung dipamerkan dalam pameran di Galeri Nasional.

Dalam sebuah foto pertemuan yang diadakan di rumah Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, para anggota Kabinet Presidensial tampak berpose di depan lukisan “Memanah” karya Henk Ngantung. Saat itu adalah konferensi pers pertama setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945. Lukisan itu pun turut terekam dalam kamera para pewarta asing.

Dalam pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan di Galeri Nasional Jakarta lukisan karya seniman yang pernah didapuk sebagai Gubernur DKI Jakarta 1964-1965 itu masuk dalam subtema Perjuangan Bangsa yang Bersatu dalam Keragaman.

Bung Karno memang tergila-gila dengan karya Henk Ngantung tersebut. Dia langsung memboyong lukisan itu setelah menyaksikannya dalam pameran Keimin Bunka Sidhoso (Lembaga Kebudayaan Jepang) di Jakarta pada 1944. Sang pelukis sendiri mengerjakannya sejak 1943. Namun, karena keterbatasan dana, dia melukisnya di atas landasan tripleks berukuran 152 x 152 cm.

Meski demikian, Bung Karno memberikan catatan terhadap lengan sang pemanah. Menurut sang proklamator, ada kelemahan dalam lengan figur dalam lukisan. Bung Karno lantas mencontohkan gerakan orang memanah, yang kemudian dicatat sang pelukis dalam sketsa-sketsanya, dan lalu memperbaiki pose subyek dalam lukisannya itu. Dengan demikian, bisa dikatakan Bung Karno menjadi model bagi lukisan “Memanah”.

lukisan itu tampak baik seusai restorasi, tetapi warnanya menjadi lebih gelap. Salah seorang pemandu pameran yang saya temui mengatakan, pada 2016 lukisan ini pernah dipamerkan dalam kondisi rusak. Sebelumnya warnanya merah dan latar tiga orang di belakangnya lebih jelas, tapi sekarang jadi lebih gelap dan tidak kelihatan,” ujarnya menambahkan.

Sebelumnya, lukisan “Memanah” memang sempat rusak berat dan berjamur karena dibiarkan terbengkalai dalam waktu yang lama. Bahkan, salah satu sudut lukisan sempat bolong. Namun, kini lukisan yang menjadi saksi sejarah proklamasi ini menjadi salah satu koleksi kebanggaan yang menggambarkan optimisme rakyat Indonesia menyongsong kemerdekaan.

Lukisan Henk yang dibuat di era penjajahan Jepang kala itu, menggambarkan kekuatan perjuangan yang begitu besar. Tak hanya perjuangan ketika menghadapi penjajahan, melainkan juga bagaimana mempertahankan dan mengisi negara pasca-kemerdekaan itu.


Bung Karno sendiri menyebutnya sebagai lukisan bagus. “Ini sebuah simbol bangsa Indonesia yang terus… terus… terus bergerak maju. Paulatim longius itur!” ujar Bung Karno.


Monday, October 10, 2022

 

Nama : Zaidan Syahputra

NPM : 202146500937

Kelas : R3L

 

Analisis Poster, Flyer, Iklan  menggunakan teori Mimesis dan Significant Form.

 

1.     Poster

 


Poster BMW M3 Graham Robson

 

Dilihat dari teori Mimesis :

 

Poster ini memperlihatkan sebuah objek mobil BMW M3 dengan background abstrak bayangan seperti lintasan trek sirkuit. Ilustrasi pada poster tersebut adalah mobil BMW M3 adalah sebuah mobil balap.

 

Dilihat dari Significant Form :

 

Poster ini terdapat gabungan text dan objek gambar dan juga background ilustrasi warna yang dipakai dapat mewujudkan kesan estetik.



2.     Flyer


Flyer BMW SERI 3 E36

 

Dilihat dari Teori Mimesis :

 

Flyer ini menampilkan gambar mobil BMW Seri 3 E36 dengan berbagai tipe mobil yang berbeda. Ilustrasi pada Flyer ini dipadukan juga dengan background pantai.

 

Dilihat dari Significant Form :

 

Flyer ini menggunakan tata letak objek yang tepat, dan tidak terlalu banyak teks sehingga mudah untuk di pahami.

 

 

3.     Iklan


Iklan Mobil Daihatsu Taruna

Dilihat dari Teori Mimesis :

 

Iklan ini menampilkan objek gambar mobil yang diiklankan dengan teks dan juga gambar detail detail dari produk. Terdapat juga objek ilustrasi memperlihatkan interior mobil tersebut.

 

Dilihat dari Significant Form :

 

Iklan ini menggunakan tata letak objek dan penempatan teks yang tepat. Iklan ini juga tidak banyak permainan warna sehingga iklan mudah dipahami.


Kesimpulan :

Mimesis adalah teori yang menganggap semua karya seni sebagai tiruan alam atau kehidupan. Bahkan kata mimesis sendiri dalam bahasa Yunani secara tersirat bermakna “tiruan”. Mimesis merupakan teori yang telah lama diajukan oleh salah satu pelopor filosof di dunia ini, yaitu Plato. Dalam sebuah karya juga banyak yang mengandung teori Mimesis dan juga Significant form. Dalam sebuah karya juga melibatkan ide, gagasan, dan ekspresi. Dalam karya juga harus mempunyai bentuk penting yaitu penggabungan dari berbagai garis, warna, volume, dan semua unsur lainnya yang membangkitkan suatu tanggapan khas berupa perasaan estetis. dan itu membuat karya menjadi sebuah bentuk atau dapat dilihat.