Tuesday, December 15, 2020

analisi struktur dramatik

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Orientasi

Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini adalah merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah novel populer karya Buya Hamka yang juga berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck mengisahkan romantisme dalam konsep oposisi biner (hal-hal yang berlawanan) dalam bentuk kisah cinta sepasang kekasih dengan perbedaan latar belakang sosial yang sangat berbeda sehingga menghalangi hubungan cinta keduanya hingga berakhir kematian. Dikisahkan, tahun 1930-an dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Disana, ia bertemu dengan Hayati, seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di desanya. Zainuddin yang memendam perasaan pada Hayati seketika menjadi pujangga dengan kata-kata yang mampu menusuk perasaan wanita yang memiliki kecantikan alami tersebut melalui rangkaian kata indah yang ia karang sendiri.

Pengungkapan peristiwa

Zainuddin dan Hayati pun saling mencintai, tetapi hubungan mereka tidak di setujui oleh paman hayati. Hal ini dikarenakan paman hayati merupakan kepala suku dari batipuh dan Zainuddin tersebut bukan keturunan asli Minangkabau. Zainuddin pun pergi dari desa batipuh, sebelum Zainuddin pergi dia mengungkapkan sumpah untuk tetap setia kepada hayati walau banyak rintangan yang menghalanginya.

Rising action

Sebelum Zainuddin pergi dari desa, hayati akhirnya menikah dengan seorang pemuda kaya yang merupakan keturunan asli Minangkabau. Zainuddin pun sakit hati setelah mendengar kabar tersebut dan rasa sakit hati itu bertambah ketika Hayati dan suami nya datang ke gubuk Zainuddin. Setelah itu bersama sahabatnya,  Zainuddin pun pergi ke Batavia untuk mengubah nasib nya. Lalu setelah Zainuddin berhasil mengubah nasibnya dan menjadi orang yang sukses, Zainuddin dan hayati (bersama suaminya) bertemu kembali di acara theater milik Zainuddin. Zainuddin bahkan menganggap aziz (suami hayati) sebagai kawan atau mungkin Sahabatnya. Zainuddin pun juga menolong mereka karena suami hayati (Aziz) jatuh miskin akibat berjudi, dan memberikan tempat tinggal kepada mereka di tempat Zainuddin yang besar dan megah.

Klimaks 

tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulangkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut:

“Bila terjadi akan itu, lalu Zainuddin berkata: “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”.

Resolusi

Aziz yang bunuh diri karena merasa bersalah kepada Hayati dan Zainuddin. Ia pun juga mengirim surat cerai agar hayati bisa bersama dengan Zainuddin. Tetapi, Zainuddin menolak nya dan memulangkan hayati dengan kapal van der wijck ke kampung halamannya. Kapal itupun tenggelam saat diperjalanan. Hayati dan Zainuddin pun kembali bertemu di tempat pengungsian dan hayati sudah sekarat. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, hayati memberitahukan perasaannya kepada Zainuddin begitu juga sebaliknya.

Koda

Kisah tenggelamnya kapal van der wijck ini merupakan kisah kebangkitan sejati. Kejatuhan itu bukan awal dari kesedihan, tetapi itu adalah awal dari kebangkitan.